Selasa, 31 Mei 2011

Ir. Derom Bangun: Ilmuwan atau Pengusaha?

Thursday, August 5, 2010, 11:20 AM

ITA APULINA TARIGAN/ JUARA GINTING. MEDAN. Tiga hari setelah penunjukan Ir. Derom Bangun sebagai External Advisory Group untuk penyusunan strategi minyak sawit Bank Dunia, beliau merayakan ulangtahunnya ke 60. Tepatnya 16 Juni lalu. Di malam ulang tahunnya, tokoh sawit dunia ini menerima Sora Sirulo berbincang-bincang di restauran Hotel Polonia, Medan. Pertemuan yang berlangsung akrab dan terbuka, Bangun dari Selandi (Kec, Payung, Kab. Karo) ini menjawab semua pertanyaan Sora Sirulo dengan gamblang.

SS: Apa kira-kira yang menjadi pertimbangan Bank Dunia meminta kam menjadi salah satu diantara 4 penasehat mereka untuk pengembangan sawit dunia?

DB: Kelapa sawit adalah salah satu komoditi penting dunia. Sejak 2009 Bank Dunia menghentikan pendanaan pengembangan kelapa sawit akibat tekanan dari berbagai LSM. Kelapa sawit dianggap sebagai perusak lingkungan, hutan dan satwa langka. Perkebunan kelapa sawit juga rawan konflik sosial. Bank Dunia dianggap hanya memperhatikan pengusaha. Di pihak lain, mau tidak mau, kita harus mengakui kelapa sawit adalah salah satu komoditas dunia terpenting saat ini, khususnya untuk bahan makanan. Jangankan berkurang, bertahan seperti sekarang saja produksi sawit dunia akan mengancam perekonomian dunia secara umum. Karenanya, Bank Dunia merasa perlu merumuskan strategi baru untuk pengembangan kelapa sawit. Untuk itulah saya dan 3 orang lagi ditunjuk sebagai penasehat eksternal kebiakan Bank Dunia mengenai kelapa sawit. Keikutsertaan saya dalam tim ini adalah kapasitas pribadi bukan utusan negara atau organisasi.

SS: Bagaimana tanggapan kam dengan protes dan isu-isu lingkungan yang dibawa oleh LSM berkaitan dengan kelapa sawit?

DB: Di 2006 sebenarnya sudah disepakati Moratorium Hutan. Waktu itu saya diundang oleh Greenpeace di Hotel Borobudur sebagai ketua Gapki untuk memberikan tanggapan dan pendapat. Dalam pertemuan itu disepakati soal pemanasan global adalah tanggungjawab seluruh dunia. Salah satu konsep yang ditawarkan adalah REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation). Landasan konsep ini adalah bahwa negara-negara maju sudah menghabisi hutan mereka beberapa ratus tahun lalu untuk memajukan ekonominya sehingga mampu seperti sekarang ini. Untuk menjaga hutan di negera-negara berkembang, negara maju wajib mememberikan REDD supaya hutan tetap terjaga. Dalam forum itu Greenpeace memaksa agar kelapa sawit dihentikan dan tidak merusak hutan. Tentu saja penghentian tidak dapat dilakukan sebelum REDD. Saya katakan: “I don’t want to be a good boy, I’m one of the boys.” Kalimat saya ini dikutip media internasional. Bagi orang Indonesia, bahan bakar dan beras sama pentingnya. Punya beras tapi tidak punya BBM sama saja bohong. Ini juga menjadi salah satu dasar sebahagian minyak sawit digunakan untuk biodiesel.

SS: Apa kira-kira usaha dari pelaku kelapa sawit untuk mengurangi kerusakan lingkungan?

DB: Ada organisasi yang mengatur prinsip-prinsip untuk bertanam sawit, di dalamnya tergabung para stakeholder seperti pengusaa sawit, LSM dan yang berkepentingan lainnya. Namanya RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). RSPO membuat 8 prinsip berkebun sawit, 39 kriteria dan 120 indikator untuk setiap anggotanya. Diatur cara-cara terbaik untuk tidak merusak lingkungan dan tetap diadakan peningkatan produksi.

SS: Kembali kepada soal strategi sawit Bank Dunia, rumusan seperti apa kira-kira yang hendak disampaikan?

DB: Konsep yang hendak dibuat adalah strategi induk bagaimana cara terbaik meningkatkan produksi sawit tanpa merusak lingkungan. Soal ini penting sekali, jika Bank Dunia menghentikan pemberian kredit terhadap sawit, bank-bank lainnya tentu tidak akan mau mengambil resiko. Secara pribadi saya sudah bertemu dengan pemerintah kita yang diwakili oleh perindustrian, perdagangan dan pertanian. Mereka menitip pesan agar saya mendorong Bank Dunia meneruskan pemberian kredit terhadap sawit.

SS: Selain dikenal sebagai pengusaha sawit, kam juga dikenal sebagai konsultan dan banyak mewakili pemerintah kita bernegoisasi di luar negeri tentang sawit, juga sebagai pembicara di berbagai event. Bagaimana kam memandang dirindu sebagai pelaku bisnis dan seorang yang membagikan ilmunya?

DB: Hahaha... Jujur saja, saya ingin dikenal sebagai orang yang mempunyai pengetahuan bukan sebagai orang kaya. Ketika masih berkarir di Socfindo saya mengajar di Fak. Teknik USU, 4 tahun lamanya. Pengalaman mengajar menambah keahlian saya jauh ke depan. Orang-orang juga melihat saya kebanyakan sebagai ilmuwan bukan pebisnis. Nanti di tanggal 26 Juni saya mendapat penghargaan dari MOSTA (Malaysian Oils Scientist and Technology Association). Saya anggap ini hadiah ulang tahun dan saya bangga dianggap sebagai salah satu ilmuwan.

Sumber: Taboid SORA SIRULO 37 (jUNI-jULI 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar